Di First Ministerial Roundtable COP 26, Menko Airlangga Beberkan Capaian Indonesia

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Dok
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Dok

Indonesia berkomitmen, mendukung dan turut aktif secara global dalam perlindungan alam dan keanekaragaman hayati untuk menghentikan dampak buruk perubahan iklim. Indonesia berupaya mengurangi tingkat emisi dan pada saat yang sama mempercepat program pengentasan kemiskinan.


Sikap pemerintah Indonesia disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam First Ministerial Roundtable (pertemuan awal pejabat negara setingkat menteri) yang menjadi agenda pendahuluan dari rangkaian kegiatan COP 26 pada Kamis (15/4). First Ministerial Roundtable ini diikuti perwakilan 26 negara.

Di forum itu, Airlangga menegaskan, kembali kesediaan dan kesiapan Indonesia sebagai Co-Chair dari COP (Conference to The Parties) 26 FACT (Forest, Agriculture and Commodity Trade) Dialogue. Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) dan Paris Agreement.

Airlangga menjelaskan berbagai upaya Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan produksi dan perdagangan yang berkelanjutan. Di antaranya, penerapan sistem jaminan legalitas kayu dan minyak sawit berkelanjutan (ISPO), upaya mengurangi kayu ilegal dan deforestasi, upaya restorasi dan rehabilitasi lahan gambut serta penetapan lahan konservasi.

“Indonesia akan memimpin dengan memberikan contoh (leading by example),” kata Airlangga seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (16/4).

Airlangga menegaskan, Indonesia telah mengambil langkah-langkah konkret sebagai negara pertama yang mengimplementasikan Voluntary Partnership Agreement on Forest Law Enforcement, Governance and Trade ((VPA-FLEGT) bersama Uni Eropa dan Inggris.

Pada tahun 2020, Indonesia berhasil menurunkan 91,84% luas area kebakaran lahan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2020, luas kebakaran hutan di Indonesia mencapai 300 ribu hektare. Sementara di Amerika Serikat seluas 3,5 juta hektar, di Uni Eropa seluas 400 ribu hektar, hutan Amazon seluas 2,2 juta, dan Australia seluas 18,6 juta hektare pada periode yang sama.

Airlangga menjelaskan, seluruh aksi-aksi ini dilakukan dalam upaya pengurangan 29% emisi di 2030. Bahkan, dengan dukungan kerjasama Internasional, Indonesia diperkirakan mampu mengurangi emisi hingga 41% di 2030.

Dalam forum itu, Menko Airlangga juga menyampaikan perlunya kesamaan informasi, pengetahuan dan persepsi dari seluruh negara agar tindakan-tindakan yang bersifat diskriminasi terhadap upaya mewujudkan produksi dan perdagangan yang berkelanjutan dapat dihilangkan.

“Kita semua tentunya sepakat bahwa isu ancaman perubahan iklim dan kelestarian lingkungan tak dapat diselesaikan tanpa kerjasama dan kolaborasi dari seluruh negara di dunia. Upaya ini tentunya dilakukan bersamaan dengan keinginan negara untuk mensejahterakan rakyatnya,” terang Airlangga.

First Ministerial Roundtable ini bertujuan membahas dan menyetujui prinsip-prinsip umum dari kolaborasi yang akan dilakukan dalam kegiatan utama COP 26 yang akan digelar di Glasgow, Inggris Raya (UK) pada Oktober 2021 mendatang.

COP (Conference to The Parties) merupakan konferensi pengambilan keputusan tertinggi terkait konvensi kerangka perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Framework Convention on Climate Change - UNFCCC). Di mana pada 2021 ini, meripakan konferensi ke-26.

COP 26 diharapkan dapat mencapai kesepakatan terkait visi dan peta jalan dari upaya pelestarian lingkungan serta mitigasi dan adaptasi dari perubahan iklim.