Program Padat Karya Tunai Harus Dikawal Orang Kreatif Di Desa, Bukan Stafsus Presiden

Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo, menyampaikan kritiknya atas implementasi program padat karya tunai, yang diselenggarakan untuk menjaga stabilitas ekonomi masyarakat.


Dalam sebuah dialog di Radio Republik Indonesia (RRI), Imam Prasodjo mengecap implementasi program ini belum efektif. Sebab, pemerintah tidak menggandeng orang-orang yang kreatif yang berada dekat di lingkungan masyarakat.

"Yang kinerja pasti adalah menggerakan, mengarahkan para enterpreuner lokal. Kalau di daerah pertanian tentu ada misalnya orang yang ahli di bidang peternakan ikan, atau pemijahan ikan," ujar Imam Prasodjo, Jumat (17/4).

Masyarakat lapisan bawah yang kehilangan pekerjaan karena virus corona baru (Covid-19), menurut Imam Prasodjo, membutuhkan pembimbing yang berpengalaman dan sesuai dengan karakteristik ekonomi daerahnya.

"Jadi itu beragam banget para pelaku kreatif di tingkat desa. Yang jika dia menjadi pengajar, atau mereka menjadi orang yang bisa mendampingi orang-orang yang terhempas menganggur, itu saya kira akan jauh lebih produktif," ungkap menantu dari begawan politik Mariam Budiardjo ini.

Oleh karena itu, Imam Prasodjo berkesimpulan bahwa pelibatan Staf Khusus Presiden yang dari kalangan milenial tidak tepat. Khususnya untuk menjalankan program-program yang tengah digulirkan pemerintah untuk menangani dampak ekonomi dari corona ini.

"Kalau masyarakat yang paling bawah itu bagaimana dia nanem pakai polybag, bagaimana mereka belanja tidak ke pasar. Itu yang paling rentan yang saya bilang. Nah itu siapa yang mendampingi. Bukan ahli milenial presiden, tapi lebih orang-orang yang kreatif di kampung," pungkas Imam Prasodjo.